Monday, January 23, 2017

Secuil Rindu di Kuningan

Dari zaman Sekolah Dasar (SD) sampai kuliah kalau disuruh cerita tentang kampung halaman, Moy suka bingung sendiri. Kenapa? Soalnya Moy lahir di Kota Bandung, besar juga di Kota Bandung. Satu-satunya anak mamah sama papah yang enggak pernah merantau, ya si gue ini. Paling jauh dan paling lama ninggalin rumah pun pas zaman Kuliah Kerja Nyata (KKN), itu juga masih di Bandung Bandung aja, tepatnya sih di Bandung Barat, hahaha. 

Jadi, kalau ditanya gimana rasanya rindu kampung halaman sendiri? Belum pernah rindu serindu-rindunya, yang ada sih Moy rindu kampung halaman keluarga mamah Moy :)
Ya, kampung halaman mamah Moy lah yang selalu menyisakan rindu. Meski, Moy tak besar di sana dan hanya setiap lebaran berkunjung ke sananya, tapi kampung halaman mamah Moy itu selalu berhasil memberikan kenangan manis yang rasanya terlalu sulit untuk tidak dicicipi berulang kali.

Kampung halaman mamah Moy ini berada di Cikaso, Kuningan, Jawa Barat. Keluarga mamah Moy adalah keluarga besar. Beliau adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Nah, dari Moy kecil, keluarga mamah Moy ini setiap lebaran punya kebiasaan pergi bareng-bareng ke Kuningan. Kita pergi rombongan dengan berapa mobil lalu berjalan beriringan seperti pawai, hehe. Bayangkan saja, 7 bersaudara membawa serta anak dan mantunya, bahkan sekarang bawa cucu-cucunya juga untuk pergi berbarengan. Recok!
Bahkan, pernah satu waktu keluarga kami sampai menyewa sebuah bis kecil agar semuanya muat dalam satu kendaraan. Seru!

Lalu, apa yang bikin seru liburan di Kuningan sampai-sampai terlalu sulit untuk tidak dicicipi berulang kali?
  • Pertama, di Kuningan biasanya kami semua tinggal di rumah orangtuanya mamah alias kakek nenek Moy atau di rumah salah satu keluarga kakek nenek kami. Rumah kakek nenek kami ini bukan rumah gedongan atau besar, tapi di sini kedekatan keluarga kami begitu terasa. Sebab, untuk tidur, kami harusn mengampar dan berdempet-dempatan di tengah rumah (kalau kata orang Sunda mah udah kayak pindang, satu ranjang untuk semua).
  • Kedua, kuliner bareng sama keluarga besar yang pada heboh-heboh. Jadi, biasanya kami sampai Kuningan itu siang-siang. Nah, menjelang malam, keluarga kami bakal pada siap-siap buat kuliner Kuningan atau keesokan paginya, sambil menghirup udara segar Kuningan. Apa saja sih kuliner di Kuningan? ada hucapnya Mi Iroh, tahu Kopeci, rujak kangkung, ayam garang asam Rumah Makan Kita Kuningan, peuyeum, papais, jeniper dan yang enggak boleh ketinggalan adalah makan bakso dekat rumah kakek nenek kami di Cikaso sama surabi haneut buatan nenek kami.
  • Ketiga, pergi ke makam para leluhur kami yang sudah meninggal. Loh kok ke makam seru sih? Iya seru, soalnya kalau kita pergi ke makam leluhur kami, keluarga kami berjalan beringinan melewati sawah-sawah, balong, rumah penduduk, rumah saudara (biasanya kalau lewat rumah saudara, kami berhenti sebentar untuk berkunjung), dan kebun-kebun milik warga. Selama perjalanan itu kami bisa bersilaturahim bersama keluarga yang sudah jarang ketemu sekaligus bertafakur alam. Dan kalau sudah sampai di makam leluhur kami, selain berdoa kami juga suka foto-foto di sana.
  • keluarga besar alm. H. Apong Hidayat edisi belum lengkap personilnya hehe
  • Keempat, tentu saja jalan-jalan ke tempat wisata di Kuningan, seperti Linggarjati, Waduk Darma, Curug Sidomba, Objek Wisata Cibulan, pemandian air panas Sangkanurip, balong keramat Cigugur, dan lain-lain.
    zaman saya masih SD bersama para sepupu lagi berkunjung ke Linggarjati

    di pemandian air hangat Sangkanurip

    zaman saya SMA bersama para sepupu di penginapan Sangkanurip
  • Kelima, seru-seruan sama para sepupu dengan jajan es krim di warung punya saudara kami di sana atau bermain mengambil boneka di permainan mesin capit. Kalau udah main permainan mesin capit, udah deh pada lupa waktu dan lupa udah ngabisin berapa koin, hehe. Kalau di Bandung, boro-boro nyengajain main beginian, buat kumpul semuanya aja susah. 
    bersama para sepupu lagi main permainan capit
Ah, liburan ke Kuningan bersama keluarga besar itu selalu menyenangkan. Sayangnya, karena beberapa alasan dan lain hal, kebiasaan rutin tiap lebaran ini mulai jarang dilakukan. Bisa dua sampai empat tahun kami tidak kesana, dan akhirnya tahun kemarin (Juli 2016), kami menyempatkan kesana meskipun enggak semuanya ikut (hanya keluarga Mamah Moy bersama tiga keluarga adiknya). Hingga saat ini kampung halaman Mamah selalu bisa meninggalkan secuil rindu dalam memori ingatan Moy. 




Tuesday, January 10, 2017

#30haribercerita - Kenikmatan


Katanya, keinginan tak terkendali dalam diri seseorang untuk mengkonsumsi es batu itu disebut pagophagia. Biasanya, kondisi ini disebabkan karena kekurangan zat besi.

Beberapa artikel di situs web menyebutkan, mereka yang suka "nyemilin" es batu atau pagophagia ini memiliki dampak buruk bagi kesehatan, di antaranya:
1. Mengganggu metabolisme tubuh
2. Dapat membuat perut buncit
3. Bisa membuat pusing
4. Merusak gigi
5. Mengandung bakteri berbahaya
6. Anemia

Sementara itu, ada juga situs web yang mengatakan kalau mengunyah es batu memiliki manfaat, di antaranya:
1. Menstabilkan ion
2. Mengatasi mual
3. Melangsingkan tubuh

Saya adalah salah satu yang hobi banget "nyemilin" es batu hehe. Dan sebagai penikmat es batu, yang saya rasakan langsung selama ini sih ada dua hal, 
Pertama: nikmat, krenyes krenyes gimana gitu pas esnya digigit.
Kedua: kena omelan suami yang ga ada henti-hentinya 😆

#30haribercerita - Yang Pacaran, Jangan Kasih Baju, Jangan!



"Yang, kalau nanti mau ngasih kado ke aku jangan baju ya!" ucapku saat itu pada sang pacar (kepedean kayak mau dikasih kado aja hehe). "Lah kenapa?" tanyanya heran. "Katanya kalau ngasih kado berupa baju atau pakaian sama pacar bakalan putus," jawabku. "Hahahaha. Ya udah kalau putus nanti kita balikan lagi aja. Gampang kan?" si pacar malah tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku.

Di tahun 2017 ini, masih ada yang denger atau percaya mitos kayak gini ga ya? Hehe

Tapi bener loh kata si pacar waktu dulu, kalau putus ya tinggal balikan lagi aja. Jadi, dulu, aku pernah ngasih kado dia kemeja, dia juga pernah ngasih kado aku jaket, dan kita pernah putus juga tapi nyambung lagi terus malah menikah dan sekarang punya anak satu. Lucu kan? Jadi, sebenarnya cerita itu mitos atau fakta? Hehe

Selamat hari Senin, dari Bandung yang cuacanya sedang bersahabat 😊 *jaket yang ada di foto ini pemberian suami waktu masih jaman pacaran, tahun 2010, dan sampai sekarang masih awet sama kayak cinta kita yang awet 😋

Sunday, January 8, 2017

#30haribercerita - Kembalikan Seribu Kami!


Katanya, SMA itu masa yang paling indah. Bener ga sih? 
Kalau aku sih yes, ga tau deh mas Anang 😋

Kalau kata alm. Chrisye, "Sungguh aneh tapi nyata tak kan terlupa. Kisah kasih di sekolah dengan si dia. Tiada masa paling indah. Masa-masa di sekolah. Tiada kisah paling indah... Kisah-kasih di sekolah"

Tapi ya tapi, kalau cerita soal kisah kasih di sekolah mah basi ah. Cieee, padahal ga mau membuka kenangan lama #eh

Salah satu masa paling indah justru adalah kelakuan teman-teman sekelas yang aduh ga ada abisnya deh bikin kita kangen pengin balik lg ke SMA. 
Jadi, waktu itu ceritanya mau ulangan matematika tapi salah satu teman sekelas kita ada yang ngintip kelas sebelah yang katanya ga jadi ulangan. Pasalnya, guru matematikanya ulang tahun dan kelas sebelah bawain kue ulang tahun sambil nyanyiin lagu ulang tahun. 
Terinspirasilah kelas kita buat ngelakuin hal yang sama. Sampai-sampai anak-anak sekelas patungan Rp 1.000 buat beli kuenya, saking ga mau pada ulangan matematika hehe. Eh tapi ya dasar emang kelas kita nasibnya ga semulus kelas sebelah. Pas guru matematika masuk kelas dan kita sambut dengan lagu ulang tahun dengan penuh semangat sekaligus ngasih kuenya, eh beliau malah bilang, "Duh kalian perhatian banget, makasih ya kuenya. Sekarang siapkan kertasnya, kita ulangan matematika dulu ya baru nanti makan kuenya bareng-bareng"

Zonk...usaha kami pun ternyata sia-sia. Dan anak-anak laki-laki yang pada duduk di bagian belakang kompak berkata dengan nada pelan, "Kembalikan seribu kami"

Ah kalian, aslinya bikin kangen euy 😊
.
.

#30haribercerita - Dapet Jodoh!


Kurang lebih 6 tahun yang lalu saya lulus kuliah dan mendapat gelar Sarjana Komputer. Bangga? Ya pasti bangga lah, apalagi kuliah tepat waktu 4 tahun hehe 
Dan selama itu pula masih aja ada orang yang nanya, "Lah moy, kamu tuh ya lulusan sarjana komputer tapi malah jadi penulis, kerja di media cetak. Selama kuliah dapat apa?" Dan setiap dapet pertanyaan itu pula saya selalu jawab dengan canda, "Alhamdulillah dapat jodoh, malah sekarang udah dapat Ziran, hehe"

Udah gitu aja, cuman pengin bercanda sedikit biar ga panas kayak isi timeline medsos zaman sekarang yang selalu panas. Bandung udah cukup panas hari ini, yuk kita ademkan dengan kumpul keluarga atau sahabat sambil bercanda 😆

Selamat hari Sabtu, selamat bermain dengan keluarga 😊
@30haribercerita #30haribercerita#30hbc1707 #graduation #wisuda*foto diambil pada saat kelulusan bareng suami (waktu itu belum sah jadi suami hehe), Desember 2011

#30haribercerita - Nyaman



Katanya ingin anak-anaknya menjadi anak yang soleh.
Katanya ingin anak-anaknya menjadi anak yang rajin solat.
Katanya ingin anak-anaknya mencintai dan memakmurkan masjid.

Lantas kenapa masih banyak yang takut membawa anak-anaknya ke masjid karena takut mereka mengganggu jamaah lainnya?
Lantas kenapa masih banyak yang menolak anak-anaknya ketika mereka merengek ingin ikut ke masjid, karena takut merepotkan?
Lantas kenapa masih banyak orang-orang tua yang tak ramah bahkan sampai membentak anak-anak yang sedang senang "bermain" di dalam masjid?

Namanya anak-anak ya ada masanya senang bermain. Tapi jangan salah loh, di tengah "bermain"nya itu, mereka adalah peniru ulung. Selain itu, mereka juga sangat peka pada suasana sebuah tempat. Kalau ingin anak-anakmu cinta dan memakmurkan masjid, ya ajak ke masjid, toh meski mereka bermain lari sana-sini, diam-diam mereka menirukan gerakan-gerakan solat. Justru dengan dibentak mereka malah trauma dan mengganggap masjid adalah tempat yang tak ramah untuk anak-anak.
.
.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Pada waktu mulai shalat, aku bermakud untuk memanjangkannya. Tetapi, setelah mendengar tangis seorang bayi, aku memendekkannya. Karena, aku mengetahui betapa perasaan hati ibunya mendengar tangis bayi itu.” (HR. Bukhari). Rasulullah saja telah memberikan contoh konkret bagaimana semestinya umat ini mengkondisikan masjid sedemikian baik bagi anak-anak.
.
.
“Rasulullah SAW shalat bersama sahabatnya, lalu beliau sujud. Ketika itu datanglah Hasan yang tertarik melihat Rasulullah SAW yang mulia saat beliau sedang sujud. Rasul memanjangkan sujudnya agar tidak menyakiti Hasan. Usai shalat, beliau meminta maaf kepada jama’ah shalat dan bersabda, “Anakku tadi naik ke punggungku lalu aku khawatir bila aku bangun dan menyakitinya. Maka aku menungu sampai ia turun.” (HR. An-Nasa’i)
.
.
Jika dalam pelaksanaan shalat berjama'ah saja, Rasulullah sedemikian peka terhadap kondisi anak-anak, atas dasar apa orang-orang tua kini membentak anak-anak yang sedang belajar mencintai masjid dan membuat masjid menjadi tempat yang tidak menyenangkan?



*karena pas upload tulisan ini di Instagram ada beberapa yang kasih masukan di kolom komentar, jadi sama Moy di sini ditambahin sedikit tulisan biar ga salah paham.
Moy ga ada maksud lain menulis soal ini, bukan juga menyinggung seseorang atau lainnya. Hal ini diambil dari beberapa pengalaman saya sebagai seorang Ibu yang selalu membawa anaknya ke masjid (dan dia masih berusia 17 bulan).
Intinya sih, kalau bawa anak-anak memang harus didampingi sama orangtuanya. Memang tidak sepenuhnya orang-orang tua yang salah terkait soal ini, tapi yang saya fokuskan di sini sih mereka yang suka membentak anak-anak sehingga anak-anak menjadi trauma untuk pergi ke masjid. Cuman karena karakter di Instagram terbatas, jadi saya tidak bisa menjelaskannya secara rinci, saya hanya menulis apa yang saya lihat dan yang saya alami saja.
Membawa anak-anak ke masjid orang tua si anak memang harus siap mengawasinya agar anak tidak bertindak berlebihan atau sampai berteriak-teriak mengganggu jamaah lainnya. Orang tua si anak juga harus siap ketika ada yang menegur jika anak kita terlalu berlebihan di masjid, jangan tersinggung, tapi tugas kita sebagai orangtua lah yang harus menasehati si anak ketika ia berbuat salah.
Intinya sih Moy nulis ini cuman pengin anak-anak tidak trauma ke pergi ke majid karena ada perlakuan tak enak dari orang dewasa. Moy cuman pengin anak-anak mulai belajar mencintai dan memakmurkan masjid. Dan Moy rasa jika ada anak-anak yang berkelakuan luar biasa, bahkan sampai mengganggu ibadah solat, sebaiknya menasehati si anak dengan perlahan bukan dengan membentak atau silahkan langsung tegur pada orang tuanya.

Wednesday, January 4, 2017

#30haribercerita - Kampret


Udah berapa kali ikutan lomba menulis? Puluhan? Ratusan? Atau bahkan Ribuan?
Pernah menang?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut pernah saya lontarkan ke beberapa teman saya yang sama-sama mempunyai hobi menulis. Dan hampir sebagian besar yang saya tanya itu menjawab, "Kayaknya udah ratusan kali ikutan lomba menulis tapi ga pernah menang"

Padahal orang-orang yang saya tanyakan tersebut sebagian besarnya pernah dan malah sampai sekarang memiliki banyak karya tulis yang sudah dipublish. Baik itu menjadi sebuah buku, novel, maupun film. Lalu, saya yang baru beberapa kali mengikuti lomba tulis menulis, bahkan bisa dihitung pakai jari, kenapa mesti patah semangat hanya karena belum pernah menang dalam lomba tulis menulis apapun? Kenapa saya perlu merasa minder padahal dunia sehari-hari saya di pekerjaan sekarang ini adalah menulis? Kenapa saya masih harus merasa bingung dengan apa yang harus saya tulis sekarang atau nanti?

Kemudian saya merasa senang bertemu program @30haribercerita
Karena kamu, saya mulai kembali pede untuk menulis. Karena kamu, saya kembali mencoba melatih tulisan saya yang terlalu lama melamun di persimpangan.

Menjadi penulis itu tak perlu harus menang dalam perlombaan, tak harus melulu menerbitkan sebuah buku. Menjadi penulis itu hanya perlu kamu yang tak pernah menyerah untuk menulis. Menulis apapun yang ada di sekitar kamu, seperti @30hariberceritayang mengajak kamu menulis selama 30 hari tentang apapun yang ada di benakmu dan apapun yang kamu lihat. Tulislah, meski yang ada di benakmu saat ini hanya terlintas satu kata, seperti misalnya "Kampret"
#30haribercerita #30hbc1705

Tuesday, January 3, 2017

#30haribercerita - Usil


"Udah 2017 masih jomblo aja, bro?"


Udah sering kan ya denger candaan kayak gini? Tenang, mblo, yang diusilin atau dibercandain gitu ga cuman kamu aja kok. Dalam hidup mah ada aja orang yang usil, mau kamu jomblo, mau kamu udah punya pacar, mau kamu udah nikah, atau mau kamu ngapain aja deh.


Giliran udah punya pacar, pasti deh ada yang usil, "Pacaran mulu, kapan ngundangnya?"
Kamu udah nikah, "Gimana, bro, istri lu udah isi? Buruan punya anak biar ga sepi di rumah"
Kamu udah punya anak, "Masa cuman satu, bro. Emangnya ga mau punya anak lagi? Kasihan ntar dia ga ada temen"


Susah sih ya mau kita suruh mereka diam, mau kita ngehindar, pasti aja kita ketemu orang-orang macam gini. Satu-satunya cara ngadepin orang usil kayak gini sih dibawa woles aja dan ssstttt jaga mulut kita, jangan sampai kita juga usil kayak mereka. 


Tapi ya dari semua orang-orang usil yang pernah diketemui belum pernah dengar yang nanya, "Eh kapan lu mati?" Hahaha

Selamat pagi dari Bandung, semoga hari ini ga ketemu sama orang-orang usil 😊
@30haribercerita #30hbc1704#30haribercerita

#30haribercerita - Alangkah Lucunya Pengunjung Ini



"Neng, neng, geura candak daun anu di dinya (Neng, neng, cepat ambil daun yang ada di sana)," ujar seorang ibu berusia 30 tahunan pada anaknya. Kemudian, si anak pun mengikuti perintah sang Ibu. Ia mengambil beberapa lembar daun tua yang sudah gugur di atas tumpukan daun lainnya dan memberikannya pada ibunya. 


Alih-alih membuangnya pada tempat sampah, eh si Ibu malah memberikan daun tua tersebut pada salah satu unta yang sedang berada di pinggir pagar, dekat dengan pengunjung. Tanpa ragu, si unta pun memakan daun tua yang diberikan si Ibu tersebut.


Melihat aksi sang Ibu, si anak kegirangan karena sang unta menghampirinya. Lalu, ia pun kembali mengambil daun tua yang berserakan di atas tanah. Begitu pula dengan pengunjung lainnya yang ingin dihampiri sang unta, mereka juga mulai mengikuti aksi yang sama dengan si Ibu tersebut, yakni memberi makan sang unta dengan daun-daun yang berserakan di atas tanah.


Melihat hal itu, saya berceletuk pada suami, "Duh, kasihan tuh unta dikasih makan sembarangan ya yah, daun tua pula, apa ga akan sakit perut tuh unta? Padahal, jelas-jelas ada tulisan 'Terima kasih untuk tidak memberi makan pada satwa'".


Eh tiba-tiba saja ada ibu-ibu yang nyamber, "Biarin aja, neng, da unta mah makan sagala."


Saya yang mendengar perkataan itu hanya terdiam. Saya jadi teringat, pada 2011, sebuah Kebun Binatang di Surabaya (KBS) sempat menjadi sasaran cibiran netizen karena beberapa binatang di sana dalam kondisi miris, bahkan salah satu jerapah kesayangan KBS yang bernama Kliwon meninggal dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Mirisnya lagi, dari hasil otopsi ditemukan gumpalan plastik seberat hampir 20 kg di dalam lambungnya.


Coba, gimana bisa ada gumpalan plastik sebanyak itu di dalam perutnya kalau bukan karena ulah pengunjung yang sembarang lempar makanan kepadanya? Duh, ya jangan karena dia binatang, bisa seenaknya aja ngasih makanan dengan alasan "Ah ga apa-apa, toh buktinya tuh dimakan aja sama itu binatang. Toh buktinya dia ga nolak kita kasih ini itu".
Peringatan untuk tidak memberi makan pada satwa pun hanya menjadi pajangan tanpa dihiraukan.

@30haribercerita #30hbc1703#30haribercerita

#30haribercerita - Di Balik Pintu


Hidup itu seperti pintu, misterius. Kita tidak pernah tahu siapa yang akan masuk dan siapa yang akan keluar dari sana, kemudian tak kembali lagi.


Seperti 24 bulan lalu saat engkau datang melalui pintu itu bersama ayah ibumu. Saat engkau menatapku dengan pandangan manja serta senyuman manis yang kau lontarkan padaku, tanpa suara.
"Mah, pah, teu, teteh titip Qainan untuk sementara waktu. Maaf kalau merepotkan," ucap ibumu pada kami.


Dengan senang hati kami menyambutmu. Melalui pintu itu ibumu menitipkan sebuah kebahagiaan baru dalam rumah kami.


Masih teringat jelas, kala itu aku sedang mengandung anak pertamaku dan engkau masih berusia 4 bulan. Melalui engkaulah, aku belajar banyak hal. Melalui engkaulah, aku belajar menjadi seorang ibu sebelum aku benar-benar menjadi ibu untuk anakku nanti.


24 bulan sudah kami menjagamu untuk orangtuamu. 24 bulan sudah kami melihatmu tumbuh dan berkembang menjadi anak yang luar biasa aktifnya. 24 bulan sudah engkau berbagi tangis dan tawa bersama kami.


Lalu, hari ini, tepat dua hari di tahun yang baru (2 Januari 2017), melalui pintu itu pula kami harus melihatmu pergi. Melalui pintu itu pula kami mengantarkanmu kembali pada orangtuamu. Melalui pintu itu pula kami harus berpisah meski bukan untuk selamanya. Ada rasa sesak yang menyeruak dalam dada ini ketika engkau menatap kami dari luar pintu, seperti pertama kali kami bertemu lewat pintu tersebut.
Haruskah selalu ada perpisahan setelah pertemuan?


@30haribercerita #30haribercerita#30hbc1702

#30haribercerita - Kamu, Anak Lelakiku



Januari 2015:
"Ade, rasanya ibu tak sabar menanti kamu lahir. Ibu tak sabar melihat wajahmu yang biasanya hanya bisa dilihat dalam layar komputer dokter. Baru kali ini ibu tak sabar menanti hari esok agar segera bertemu denganmu yang bahkan ibu sendiri tak tahu bagaimana rupamu," ujarku malam itu pada calon anakku yang masih di dalam perut saat pergantian tahun 2014 menuju 2015, sambil mengelus perutku yang belum terlalu besar.

Januari 2016:
"Ziran, tinggal berapa hari lagi kamu akan belajar mulai makan. Ah, rasanya baru kemarin ibu mengandung dan melahirkanmu. Sudah mau enam bulan saja kamu, nak," ucapku malam itu pada anakku yang sudah lahir dan hendak memasuki usia 6 bulan saat pergantian tahun 2015 menuju 2016, sambil menatapnya tertidur lelap di sampingku.

Januari 2017:
"Ziran, 40 minggu 1 hari ibu mengandungmu. Membawa-bawamu dalam perut tanpa merasa keberatan. Ibu membawamu penuh dengan cinta dan tanpa ragu. Kini, di usiamu yang sudah 17 bulan 2 minggu aku masih merasa tak keberatan untuk membawamu (menggendongmu) seperti dulu kamu di dalam perut ibu. Begitu pula dengan rasa sayang ibu yang tak akan pernah pudar. Rasa cinta ibu yang tumbuh bahkan sebelum melihat wajahmu. Namun, semuanya akan berada pada titik 'Bu, aku sudah besar, aku sekarang yang keberatan untuk digendong, bu'. Ah, ibu sepertinya harus sudah siap pada titik itu, jadi tolong biarkan ibu menggendongmu sepuasnya sebelum waktu ibu habis untuk menggendongmu, sebelum ibu berjumpa dengan titik itu. Jika dulu, kamu yang begitu nyaman berada dalam rahim ibu, dalam pelukan ibu, dalam gendongan ibu, berikan ibu waktu lebih lama untuk selalu nyaman berada dekat denganmu sebelum nanti hatimu terbagi dengan wanita pilihanmu. Di tahun ini, baru kali ini ibu takut menghadapi hari esok, menghadapi saat-saat dimana kamu menemukan kenyamanan yang lain selain dari ibu," ucapku dalam hati pada ia yang sedang dalam gendonganku saat perjalanan pagi di tahun yang baru, tahun 2017.

Dari ibu untuk Ziran, anak lelakiku 🤗
#30haribercerita #30hbc1701@30haribercerita