sumber foto: wikipedia |
Tak bisa
dipungkiri, kadang pengen banget keliling Indonesia, melihat aneka ragam budaya
setiap daerah yang ada di Indonesia. Rasa ingin keliling Indonesia itu semakin
kuat ketika saya masuk kuliah. Berbeda dengan zaman SD, SMP, atau SMA yang
temannya enggak jauh dari Bandung juga, kalau di kuliah kan orang-orangnya beragam
dari penjuru Indonesia. Ada yang dari Padang, Jambi, Lampung, Bangka, Nusa
Tenggara Barat, dan masih banyak lagi.
Mendengar semua
cerita mereka tentang daerahnya masing-masing membuat saya ingin sekali
berkunjung ke tempatnya. Tapi apa daya tangan tak sampai, hingga saat ini ya
saya hanya bisa mendengar ceritanya atau melihat aneka ragam budayanya dari tayangan
televisi. Maklum lah, untuk pergi ke tempat mereka kan enggak segampang
ceritanya, semuanya butuh biaya buat transportasi, makan, dan lain-lain. Katro, ndeso, wes biarin yang penting
enggak kuper dan enggak ketinggalan
informasi penting tentang Indonesia.
Nah,
orang-orang yang pengen keliling Indonesia tapi terhambat biaya semacam saya
ini enggak usah berkecil hati. Sepertinya almarhumah Ibu Negara, Siti Hartinah,
atau lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto, sudah memikirkan tempat
yang pas buat orang-orang semacam saya ini jauh-jauh hari sebelum saya lahir.
Pada 13 Maret
1970, di Jalan Cendana No. 8 Jakarta, alm. Ibu Tien mencetuskan gagasannya dalam
sebuah pertemuan, gagasan tersebut berupa pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan
Indonesia dengan segala isinya. Melalui gagasannya itulah maka dibuatlah suatu
proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia “Indonesia Indah” yang kini
dikenal dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
TMII mulai
dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975. Kawasan taman wisata
bertema budaya Indonesia ini berlokasi di Jakarta Timur. Di areal seluas kurang
lebih 150 hektare ini kita bisa melihat anjungan berarsitektur tradisional dari
33 provinsi Indonesia. Anjungan provinisi ini dibangun di sekitar danau dengan
miniatur Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona, yaitu Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Sebelum Indonesia
menjadi 33 provinsi, pada 1975 hingga 2000 rancangan asli TMII terdiri atas
anjungan dari 27 provinsi Indonesia.
Akan tetapi, berhubung ada pulau yang memisahkan diri dari Indonesia dan adanya beberapa provinsi baru maka sekarang jadilah 33 provinisi.
sumber foto: wikipedia |
Provinsi yang
merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada 2002 adalah provinsi Timor
Timur. Kendati demikian, status anjungan Timor Timur tidak dihilangkan namun
berubah menjadi Museum Timor Timur. Sedangkan anjungan-anjungan baru yang
melengkapi provinsi di Indonesia menjadi 33 provinsi adalah anjungan Bangka
Belitung, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua
Barat.
Di anjungan
ini pula kita bisa melihat baju dan pakaian adat, busana pernikahan, baju tari,
serta artefak etnografi seperti senjata khas, perabot sehari-hari, model
bangunan, dan kerajinan tangan dari berbagai provinsi di Indonesia. Selain itu,
di anjungan setiap provinsi, pengunjung bisa menikmati berbagai tarian
tradisional, pertunjukan musik daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya
digelar pada hari Minggu oleh para talen-talennya.
Tidak hanya
itu, di taman wisata yang telah ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional oleh
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2008 ini terdapat 7 rumah ibadat, 18
museum, sarana rekreasi, taman flora dan fauna, serta teater atau bioskop, dan
bangunan komersil lainnya.
Lalu, ada juga
miniatur Arsipel Indonesia yang merupakan bangunan pokok TMII. Miniatur Arsipel
Indonesia ini berupa danau buatan dengan miniatur kepulauan Indonesia dengan
skala 1:10.000 dan berada di atas kawasan seluas 8,4 hektar. Kedalamannya
mencapai 0,6 meter di pinggir sampai dengan 1,5 meter di tengah-tengah.
Jadi inget
dulu pertama kali ke TMII pada 1996,
selain takjub sama semua bangunan yang ada di TMII, miniatur arsipel
Indonesianya, Keong Emas-lah yang paling melekat dalam ingatan saya. Namanya
unik, apalagi bentuk bangunannya yang berbeda dari bangunan lainnya. Bangunan
berbentuk keong emas ini merupakan teater dengan layar berukuran raksasa, jauh
lebih besar daripada layar bioskop ukuran normal.
sumber foto: http://dewantorobimo.files.wordpress.com/2011/05/indonesia-tmii.jpg |
Kalau dulu sih
kita nontonnya pakai kaca mata dari bahan kertas dengan lensa berwarna dan
filmnya mash berupa 3 Dimensi. Saat ini, film-film di Keong Emas sudah lebih
canggih lagi teknologinya, yakni sudah berteknologi 4 Dimensi. Dulu sih 3
Dimensi saja sudah wow banget, apalagi sekarang 4 Dimensi ya lebih berasa
nontonnya.
sumber foto: http://static.panoramio.com/photos/large/65402522.jpg |
Oh ya, yang
kerennya lagi, di TMII kita bisa menikmati kepulauan Indonesia berikut dengan
fasilitas yang ada di TMII melalui udara, yaitu dengan cara menaiki Skylift atau kereta gantung. Dengan lintasan
kawat baja setinggi 15-20 meter dari permukaan tanah, pengunjung dapat
menikmati pemandangan yang menakjubkan dari TMII. Bagi yang agak-agak serem
naek Skylift, bisa juga menaiki
Aeromovel Indonesia (monorail) yang ada di TMII.
Kayaknya kalau
cuman sehari ke TMII masih kurang ya, karena banyak banget tempat menarik
lainnya yang bisa kita telaah lagi satu per satu. Kalau kata iklan di televisi
sih, “Enggak cukup sekali”. Ya gimana mau cukup sekali, toh taman wisata satu
ini bikin kita pengen lagi dan lagi kesana, selalu bikin kangen dan bikin
takjub.
Pantas saja,
TMII ditetapkan sebagai Aset Negara berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 51
Tahun 1977, lalu sebagai Taman Satwa Konservasi oleh Menteri Kehutanan RI pada
2010, Lembaga Pelestarian Budaya Indonesia oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
RI pada 2011, Wahana Toleransi dan Kerukunan Umat oleh Menteri Agama RI pada
2012, dan Wahana Keberagaman Museum, Sumber Inspirasi Peradaban Bangsa oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 2013.
Dan di usia
TMII yang ke-39 ini, TMII juga tengah dalam pengajuan sebagai Wahana Perekat
Persatuan dan Kesatuan Bangsa oleh Kementrian Dalam Negeri RI. Selain itu, TMII
diajukan sebagai nominasi Warisan Budaya Tak Benda katergori Best Practices UNECO oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Menilik kehadirannya
TMII yang sudah berdiri selama 39 tahun, sarana wisata budaya dengan berbagai
fasilitasnya yang semakin lengkap menjadikannya sebuah tempat rekreasi yang
sehat dan bermanfaat. Karena di sini selain pengunjung dapat menikmati
keindahan TMII, melepaskan penat dari aktivitas sehari-harinya, TMII juga
merupakan sarana pendiidkan kebudayaan bagi putra putri Indonesia.
Kalau kata
Presiden pertama kita, Bapak Soekarno, JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan
Sejarah!). Nah, dengan adanya TMII, kalian bisa belajar banyak sejarah di sana
dan pastinya kita tidak lupa kalau sebenarnya Indonesia itu adalah negara yang
kaya. Kaya akan sejarah, budaya, sumber daya alam, manusia, dan semuanya.
Tinggal bagaimana kita menjaga dan melestarikan kekayaan tersebut.
0 comments:
Post a Comment