Tuesday, January 3, 2017

#30haribercerita - Usil


"Udah 2017 masih jomblo aja, bro?"


Udah sering kan ya denger candaan kayak gini? Tenang, mblo, yang diusilin atau dibercandain gitu ga cuman kamu aja kok. Dalam hidup mah ada aja orang yang usil, mau kamu jomblo, mau kamu udah punya pacar, mau kamu udah nikah, atau mau kamu ngapain aja deh.


Giliran udah punya pacar, pasti deh ada yang usil, "Pacaran mulu, kapan ngundangnya?"
Kamu udah nikah, "Gimana, bro, istri lu udah isi? Buruan punya anak biar ga sepi di rumah"
Kamu udah punya anak, "Masa cuman satu, bro. Emangnya ga mau punya anak lagi? Kasihan ntar dia ga ada temen"


Susah sih ya mau kita suruh mereka diam, mau kita ngehindar, pasti aja kita ketemu orang-orang macam gini. Satu-satunya cara ngadepin orang usil kayak gini sih dibawa woles aja dan ssstttt jaga mulut kita, jangan sampai kita juga usil kayak mereka. 


Tapi ya dari semua orang-orang usil yang pernah diketemui belum pernah dengar yang nanya, "Eh kapan lu mati?" Hahaha

Selamat pagi dari Bandung, semoga hari ini ga ketemu sama orang-orang usil 😊
@30haribercerita #30hbc1704#30haribercerita

#30haribercerita - Alangkah Lucunya Pengunjung Ini



"Neng, neng, geura candak daun anu di dinya (Neng, neng, cepat ambil daun yang ada di sana)," ujar seorang ibu berusia 30 tahunan pada anaknya. Kemudian, si anak pun mengikuti perintah sang Ibu. Ia mengambil beberapa lembar daun tua yang sudah gugur di atas tumpukan daun lainnya dan memberikannya pada ibunya. 


Alih-alih membuangnya pada tempat sampah, eh si Ibu malah memberikan daun tua tersebut pada salah satu unta yang sedang berada di pinggir pagar, dekat dengan pengunjung. Tanpa ragu, si unta pun memakan daun tua yang diberikan si Ibu tersebut.


Melihat aksi sang Ibu, si anak kegirangan karena sang unta menghampirinya. Lalu, ia pun kembali mengambil daun tua yang berserakan di atas tanah. Begitu pula dengan pengunjung lainnya yang ingin dihampiri sang unta, mereka juga mulai mengikuti aksi yang sama dengan si Ibu tersebut, yakni memberi makan sang unta dengan daun-daun yang berserakan di atas tanah.


Melihat hal itu, saya berceletuk pada suami, "Duh, kasihan tuh unta dikasih makan sembarangan ya yah, daun tua pula, apa ga akan sakit perut tuh unta? Padahal, jelas-jelas ada tulisan 'Terima kasih untuk tidak memberi makan pada satwa'".


Eh tiba-tiba saja ada ibu-ibu yang nyamber, "Biarin aja, neng, da unta mah makan sagala."


Saya yang mendengar perkataan itu hanya terdiam. Saya jadi teringat, pada 2011, sebuah Kebun Binatang di Surabaya (KBS) sempat menjadi sasaran cibiran netizen karena beberapa binatang di sana dalam kondisi miris, bahkan salah satu jerapah kesayangan KBS yang bernama Kliwon meninggal dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Mirisnya lagi, dari hasil otopsi ditemukan gumpalan plastik seberat hampir 20 kg di dalam lambungnya.


Coba, gimana bisa ada gumpalan plastik sebanyak itu di dalam perutnya kalau bukan karena ulah pengunjung yang sembarang lempar makanan kepadanya? Duh, ya jangan karena dia binatang, bisa seenaknya aja ngasih makanan dengan alasan "Ah ga apa-apa, toh buktinya tuh dimakan aja sama itu binatang. Toh buktinya dia ga nolak kita kasih ini itu".
Peringatan untuk tidak memberi makan pada satwa pun hanya menjadi pajangan tanpa dihiraukan.

@30haribercerita #30hbc1703#30haribercerita

#30haribercerita - Di Balik Pintu


Hidup itu seperti pintu, misterius. Kita tidak pernah tahu siapa yang akan masuk dan siapa yang akan keluar dari sana, kemudian tak kembali lagi.


Seperti 24 bulan lalu saat engkau datang melalui pintu itu bersama ayah ibumu. Saat engkau menatapku dengan pandangan manja serta senyuman manis yang kau lontarkan padaku, tanpa suara.
"Mah, pah, teu, teteh titip Qainan untuk sementara waktu. Maaf kalau merepotkan," ucap ibumu pada kami.


Dengan senang hati kami menyambutmu. Melalui pintu itu ibumu menitipkan sebuah kebahagiaan baru dalam rumah kami.


Masih teringat jelas, kala itu aku sedang mengandung anak pertamaku dan engkau masih berusia 4 bulan. Melalui engkaulah, aku belajar banyak hal. Melalui engkaulah, aku belajar menjadi seorang ibu sebelum aku benar-benar menjadi ibu untuk anakku nanti.


24 bulan sudah kami menjagamu untuk orangtuamu. 24 bulan sudah kami melihatmu tumbuh dan berkembang menjadi anak yang luar biasa aktifnya. 24 bulan sudah engkau berbagi tangis dan tawa bersama kami.


Lalu, hari ini, tepat dua hari di tahun yang baru (2 Januari 2017), melalui pintu itu pula kami harus melihatmu pergi. Melalui pintu itu pula kami mengantarkanmu kembali pada orangtuamu. Melalui pintu itu pula kami harus berpisah meski bukan untuk selamanya. Ada rasa sesak yang menyeruak dalam dada ini ketika engkau menatap kami dari luar pintu, seperti pertama kali kami bertemu lewat pintu tersebut.
Haruskah selalu ada perpisahan setelah pertemuan?


@30haribercerita #30haribercerita#30hbc1702

#30haribercerita - Kamu, Anak Lelakiku



Januari 2015:
"Ade, rasanya ibu tak sabar menanti kamu lahir. Ibu tak sabar melihat wajahmu yang biasanya hanya bisa dilihat dalam layar komputer dokter. Baru kali ini ibu tak sabar menanti hari esok agar segera bertemu denganmu yang bahkan ibu sendiri tak tahu bagaimana rupamu," ujarku malam itu pada calon anakku yang masih di dalam perut saat pergantian tahun 2014 menuju 2015, sambil mengelus perutku yang belum terlalu besar.

Januari 2016:
"Ziran, tinggal berapa hari lagi kamu akan belajar mulai makan. Ah, rasanya baru kemarin ibu mengandung dan melahirkanmu. Sudah mau enam bulan saja kamu, nak," ucapku malam itu pada anakku yang sudah lahir dan hendak memasuki usia 6 bulan saat pergantian tahun 2015 menuju 2016, sambil menatapnya tertidur lelap di sampingku.

Januari 2017:
"Ziran, 40 minggu 1 hari ibu mengandungmu. Membawa-bawamu dalam perut tanpa merasa keberatan. Ibu membawamu penuh dengan cinta dan tanpa ragu. Kini, di usiamu yang sudah 17 bulan 2 minggu aku masih merasa tak keberatan untuk membawamu (menggendongmu) seperti dulu kamu di dalam perut ibu. Begitu pula dengan rasa sayang ibu yang tak akan pernah pudar. Rasa cinta ibu yang tumbuh bahkan sebelum melihat wajahmu. Namun, semuanya akan berada pada titik 'Bu, aku sudah besar, aku sekarang yang keberatan untuk digendong, bu'. Ah, ibu sepertinya harus sudah siap pada titik itu, jadi tolong biarkan ibu menggendongmu sepuasnya sebelum waktu ibu habis untuk menggendongmu, sebelum ibu berjumpa dengan titik itu. Jika dulu, kamu yang begitu nyaman berada dalam rahim ibu, dalam pelukan ibu, dalam gendongan ibu, berikan ibu waktu lebih lama untuk selalu nyaman berada dekat denganmu sebelum nanti hatimu terbagi dengan wanita pilihanmu. Di tahun ini, baru kali ini ibu takut menghadapi hari esok, menghadapi saat-saat dimana kamu menemukan kenyamanan yang lain selain dari ibu," ucapku dalam hati pada ia yang sedang dalam gendonganku saat perjalanan pagi di tahun yang baru, tahun 2017.

Dari ibu untuk Ziran, anak lelakiku 🤗
#30haribercerita #30hbc1701@30haribercerita

Monday, December 19, 2016

Persiapan Nikah: Part Nyari Souvenir

Ahhhh ya ampun udah lama ga diupdate nih si blog. Niatnya pengin bagi-bagi pengalaman soal persiapan pernikahan buat bantu para calon pengantin yang lagi nyari referensi juga, tapi karena pakpikpek urusan kerjaan kantor dan rumah tangga jadinya banyak ke pending-pending deh, huhu. Ga apa-apa lah ya nikahnya udah dua tahun lalu, tapi baru berbagi pengalamannya sekarang ^_^

Dari semua postingan tentang Persiapan Nikah, ada yang lupa belum ketulis, yaitu pengalaman waktu nyari souvenir. Padahal, dari semua persiapan pernikahan, Moy paling semangat nyari souvenir ini, hehe, soalnya Moy pengin ngasih souvenir pernikahan yang ga cuman lucu tapi juga bisa bermanfaat buat para tamu. Wah, pas nyari souvenir ini mah banyak kabitanya haha, setiap datang ke acara pameran pernikahan selalu kabita sama yang namanya souvenir, banyak yang pada lucu tapi harganya ga pas di kantong kita :D

Setelah liat sana sini, akhirnya Moy memutuskan milih gantungan kunci berbentuk boneka, Pak Suami sih waktu itu iya-iya aja, dia mah ga ribet yang penting Moy bahagia *ceileh...
Nah, pas lagi nyari vendor untuk souvenir, Moy kepikiran pengin nyari dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang ada di Bandung buat ngebantu para UKM supaya lebih bersinar juga, hehe. Karena dulu sempat jadi wartawan dan saat itu saya bekerja sebagai periset juga, jadinya saya tanya-tanya sama beberapa teman wartawan di bidang ekonomi sama teman periset yang pernah ngeliput soal sentra pengrajin boneka di Bandung. Alhasil setelah banyak tanya sama mereka, pilihan jatuh ke sentra pengrajin boneka di daerah Kopo Sayati Bandung.

Di Jalan Terusan Kopo Sayati, Bandung, ini kalian akan menemukan banyak rumah para pengrajin boneka. Tinggal kitanya aja yang harus cari sendiri pengrajin mana yang kualitas dan harganya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Waktu itu juga Moy keluar masuk beberapa rumah pengrajin, sampai akhirnya milih salah satu rumah pengrajin yang pemiliknya bernama Eli *maaf lupa apa nama tokonya karena waktu itu bener-bener ga konsen buat ngedokumentasiin, niatnya cuman nyari souvenir yang cocok aja hehe, tapi yang butuh kontaknya masih ada kok di Moy ^_^

Oh ya kalau nyari kawasan boneka ini ga susah kok dan ga perlu takut nyasar, tanya sana sini juga orang-orang Kopo udah pada tahun dan pasti langsung nunjukin mana tempatnya. Setelah cocok sama pengrajin ini, langsung lah Moy utarakan apa yang Moy pengin dan mereka menyanggupinya. Waktu itu Moy pesen gantungan kunci boneka sebanyak 400 buah dengan ukuran tinggi sekitar 10 cm-an, eh taunya pas jadi malah lebih dari harapan. Bonekanya tingginya malah hampir 15 cm-an, udah gitu gendut-gendut pula dan harganya tetap harga pas deal-deal-an di awal. Ah senangnya, makasih banyak Bu Eli, puas banget sama hasilnya. Ini nih hasil jadinya si gantungan kunci boneka:


Sebenarnya Moy bikin empat karakter, dua lagi bentuk kelinci sama karakter Line yang lagi nyengir tapi ga kesimpen, keburu abis dan nyisanya yang ini doang hehe. Oh ya, untuk kotak bonekanya itu pesannya beda lagi, ga dikasih dari pengrajin boneka. Dulu, pesan kotaknya itu di Kawasan Cibadak.

Pas udah jadi semua, eh Moy baru keingetan, emangnya pesan 400 cukup ya buat tamu? sedangkan undangan aja Moy bikin 400 (di luar saudara-saudara dan tamu tak diundang lainnya tapi datang). Waduh, langsung muter otak deh buat tambahannya gimana, sedangkan waktu udah mepet dan ga mungkin untuk pesan lagi ke Bu Eli. Akhirnya, Mamah ngajak Moy ke pameran pernikahan di Pusdai, siapa tahu di sana nemu souvenir yang ga jauh beda harganya dan kegunaannya sama souvenir yang udah Moy buat itu. 

Dan mungkin ini yang namanya jodoh sekaligus rezeki kali ya, dulu mah ke pameran pernikahan ga nemu souvenir yang harganya pas di kantong dan bentuknya lucu, eh pas pergi sama mamah nemu dong, meskipun semuanya edisi terbatas. Jadi, waktu itu karena datang di hari terakhir, kita dapat souvenir sisa dengan harga bersahabat dari salah satu vendor *yang Moy juga lupa apa namanya, maaf ya banyak lupanya*. Pertama, dapat tas serut boneka yang tinggal 100 buah lagi dengan harga satuannya Rp 5.000. Kedua, kita dapat wadah anyaman kecil gitu, lumayan lah buat nyimpen peniti, bros, atau semacamnya mah, yang tinggal 188 buah lagi dengan harga satuannya Rp 2.000. Total semua souvenir ada 688 buah, Moy pun tenang, semoga semua tamu kebagian souvenirnya.


Pas nemu tas serut boneka itu ya ampun nyesel banget dari dulu kok ga nemu yang gitu ya. Padahal kalau pertama kali ketemu sama dia, souvenirnya maunya dia semua aja deh, tapi ya mungkin itu yang namanya jodoh dan rezeki, kita ga pernah tau dapetnya yang mana dan kapan ketemunya, sama kayak waktu tahu bakal nikah sama kamu ahiiiiww.. Oh ya, ini penampakan si tas serut bonekanya kalau dibuka:


Gitu deh pengalaman Moy waktu nyari souvenir pernikahan. Intinya sih, tentukan dulu kamu mau apa dan bisa bermanfaat ga tuh souvenir. Setelah itu, ya seperti biasa, cari vendor yang sesuai dengan budget yang kamu punya. Sebenarnya sih dari semua persiapan nikah itu memang intinya di budget, jangan sampai demi memuaskan keinginan kamu, biayanya keluar dari budget yang udah kamu anggarin sama pasangan, bisa-bisa nanti malah kamu yang stres sendiri. Oh ya, selain itu juga kamu harus sabar dan teliti banget nyari vendor yang harganya sesuai dengan kantong kita. Semangat ya para calon pengantin, enjoy aja nyiapin persiapan nikahnya :)